CERITARAKYAT : KISAH SEORANG PEMBOHONG DAN TRAGEDI AIR BAH Pada suatu masa dahulu, terdapat sebuah perkampungan masyarakat Dusun di sebuah kampung. Di dalam kampung tersebut ada seorang lelaki yang sangat suka membohong. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah Setiapisi di dalam hikayat selalu mengusung tradisi dan budaya masyarakat pada masanya. Semua tradisi tergambarkan dengan baik dalam kisah-kisah yang diangkat menjadi hikayat. Selain itu hikayat juga sarat akan makna dan amanat yang dapat dicontoh. Kebanyakan konflik di dalam hikayat menggambarkan kebaikan menang melawan keburukan. 5. Bersifat Disuatu negeri antah-berantah bertahtalah seorang raja yang arif bijaksana. Raja itu hidup bersama permaisuri dan putra-putrinya. Rakyat sangat mencintainya. Istananya terbuka setiap waktu untuk dikunjungi siapa saja. Tokohtokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Berikut beberapa kumpulan cerita rakyat pendek nusantara : Daftar Isi [ Tampilkan] 1 Cerita Rakyat Nusantara : Legenda Gunung Tangkuban Perahu. 2 Cerita Rakyat Nusantara : Dongeng Keong Mas dari Jawa Timur. . Pixabay Persamaan dan perbedaan dari hikayat dan cerpen. - Apakah teman-teman sering membaca cerpen di rumah? Cerpen singkatan dari cerita pendek. Selain cerpen, ada jenis cerita lain yang bisa teman-teman baca di rumah, yaitu hikayat. Namun, apa itu hikayat? Dalam KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu yang berbentuk prosa. Karya ini berisi cerita, undang-undang, historis, biografis atau gabungan sifat-sifat itu yang dibaca untuk pelipur lara atai sekadar meramaikan pesta. Dalam artikel ini akan dibahas perbedaan dan persamaan dari hikayat dan cerpen yang ada dalam buku. Persamaan dan Perbedaan Hikayat dan Cerpen Baca Juga Bagaimana Cara Mengubah Cerpen atau Novel Menjadi Sebuah Naskah Drama? 1. Persamaan Hikayat dan Cerpen a. Berbentuk Teks Narasi Fiksi Baik hikayat dan cerpen, keduanya berbentuk teks narasi fiksi. Teks narasi fiksi adalah teks atau karangan yang menceritakan kisah-kisah yang imajiner atau khayalan. Sehingga dalam kedua cerita tersebut, banyak ditemukan tokoh-tokoh pahlawan atau kejadian luar biasa. Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan Apa saja perbedaan hikayat dengan cerpen? Keduanya merupakan prosa atau karya bebas yang cukup terkenal dalam sastra Indonesia. Sekilas keduanya terlihat sama, akan tetapi jika kamu memperhatikan lebih dalam banyak perbedaan yang bisa kamu temukan. Untuk itu, artikel ini akan menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan hikayat maupun cerpen, termasuk apa saja perbedaan di antara keduanya. Daftar ISISeputar Hikayat1. Pengertian Hikayat2. Karakteristik Hikayat3. Fungsi Hikayat4. Struktur Hikayat5. Nilai-nilai dalam HikayatSeputar Cerpen1. Pengertian Cerpen2. Karakteristik Cerpen3. Fungsi Cerpen4. Struktur CerpenInilah Perbedaan Hikayat dengan Cerpen1. Tema2. Tokoh3. Latar4. Penokohan5. Alur6. Gaya Bahasa7. Sudut Pandang8. Amanat. Alur9. Penggunaan Konjungsi10. Penggunaan Majas11. Nama Pengarang12. Jumlah KataSudah Paham Perbedaan Hikayat dengan Cerpen? Seputar Hikayat Sebelum pembahasan tentang perbedaan hikayat dengan cerpen, sangat penting mengetahui definisi dari keduanya. Pembahasan pertama yaitu hal-hal seputar hikayat. 1. Pengertian Hikayat Hikayat merupakan prosa atau karangan bebas yang mengisahkan tokoh-tokoh yang hidup serta tinggal di kerajaan. Tokoh yang diceritakan tersebut bisa berupa raja, permaisuri, pangeran, dan lain-lain. Pada hikayat kamu akan menemukan cerita, biografi, undang-undang, dan sebagainya. Tokoh tersebut sering digambarkan mempunyai kekuatan gaib, kesaktian, serta karakter penokohannya yang sifatnya mutlak. Selain berperan sebagai hiburan, pada hikayat juga terdapat pesan moral maupun amanat yang sangat bermanfaat untuk pendidikan karakter. Selain itu, hikayat juga merupakan karya sastra lama. Awalnya, hikayat diceritakan hanya sebatas lisan. Cerita tersebut kemudian menyebar dan terus menyebar hingga terkenal di kalangan masyarakat. Akan tetapi, di zaman modern seperti sekarang, hikayat mulai ditulis serta dibukukan. Berdasarkan ceritanya, terdapat beberapa pembagian hikayat yaitu Hikayat Jawa, misalnya Hikayat Panji Sumirang Hikayat Melayu asli, misalnya Hikayat Negeri Johor Hikayat Arab, misalnya Amir Hamzah Hikayat India, misalnya Mahabarata dan Ramayana 2. Karakteristik Hikayat Terdapat beberapa ciri khas yang kamu temukan pada hikayat, yaitu Anonim kamu tidak mengetahui siapa pengarang atau penciptanya. Ini karena cerita tersebut disampaikan secara lisan lalu dipercaya sebagai sebuah cerita atau kisah yang nyata. Istana sentris umumnya hikayat akan menggunakan latar belakang berupa kerajaan maupun negeri yang pemimpinnya adalah seorang raja. Menonjolkan kesaktian atau kemustahilan hikayat juga mempunyai cerita yang terkesan tidak logis. Tokoh pada hikayat tersebut dikisahkan mempunyai kekuatan atau kesaktian tertentu. Tradisional hikayat juga mempunyai susunan maupun cara pengungkapan yang terkesan klise. Ini karena isinya yang cenderung mempertahankan tradisi atau kebiasaan orang-orang dulu. 3. Fungsi Hikayat Hikayat merupakan cerita rakyat yang harus dilestarikan. Ini karena di dalam hikayat tersebut terdapat warisan budaya yang berasal dari nenek moyang pada generasi muda. Setidaknya ada beberapa fungsi hikayat yang perlu kamu pahami. Ketiga fungsi hikayat tersebut yaitu Hikayat merupakan sarana hiburan. Ini karena di dalam cerita tersebut terdapat kisah yang bisa menghibur para pembaca atau pendengarnya. Hikayat juga merupakan sarana pendidikan. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat diteladani oleh para pembaca serta pendengarnya. Fungsi lain hikayat yaitu untuk melestarikan warisan budaya. Dalam cerita tersebut terkandung nilai budaya dan sosial suatu bangsa. 4. Struktur Hikayat Kamu telah memahami pengertian hikayat beserta ciri-cirinya. Pembahasan berikutnya seputar struktur yang terdapat pada karya sastra lama tersebut. Berikut pembahasannya. a. Abstraksi Pada penulisan hikayat, kamu akan menemukan abstraksi yang menjadi inti cerita hikayat itu sendiri. Bentuk abstraksinya pun berupa serangkaian peristiwa dalam cerita. Pada penulisan hikayat, sebenarnya abstraksi ini sifatnya opsional. Artinya, penulis dapat mencantumkan abstraksi tersebut dan boleh tidak. Jadi memang tergantung dari keinginan penulis hikayat. b. Orientasi Struktur yang kedua adalah orientasi. Ini merupakan bagian teks yang berkenaan dengan beberapa aspek. Pada orientasi ini, kamu akan mendapatkan paparan seputar tempat, waktu, serta suasana. Ketiga aspek inilah yang dapat mempengaruhi penulisan hikayat. c. Kompilasi Berikutnya ada struktur hikayat yang bernama kompilasi. Ini merupakan urutan kejadian dalam cerita seputar sebab dan akibat. Kompilasi juga bisa mempunyai arti puncak masalah. Selain itu, kompilasi ini juga berhubungan dengan kemunculan konflik dalam jalan cerita. Konflik tersebut yang memberikan gambaran tentang karakter atau watak asli tokoh yang terdapat dalam cerita. d. Evaluasi Jika di bagian konflik telah tertuang secara menyeluruh, kemudian cerita hikayat akan berlanjut pada evaluasi. Evaluasi merupakan struktur yang isinya tentang penyelesaian atau jalan keluar dalam cerita hikayat. e. Resolusi Sementara itu, resolusi merupakan bagian yang isinya tentang solusi atas permasalahan yang terjadi di cerita. Hadirnya resolusi inilah yang kemudian mengarahkan alur hikayat menuju pada koda. f. Koda Koda merupakan struktur cerita hikayat yang bertujuan mengartikan amanat atau pesan yang disampaikan penulis. Pada bagian ini, para pembaca dapat mengambil pelajaran maupun pesan moral dalam cerita. 5. Nilai-nilai dalam Hikayat Beberapa nilai yang bisa kamu temukan pada hikayat yaitu a. Nilai Budaya Salah satu nilai dalam hikayat yaitu nilai budaya. Nilai ini berasal dari adat istiadat atau budaya yang berkembang serta diwariskan secara turun-temurun ke masyarakat. Nilai ini membuat masyarakat takut untuk meninggalkannya karena khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk. b. Nilai Moral Nilai moral pada hikayat berkaitan tentang ajaran baik dan buruk yang dapat diterima khalayak umum. Nilai tersebut bisa dalam bentuk sikap, perbuatan, kewajiban, dan lain-lain. Moral juga berkaitan dengan budi pekerti, akhlak, serta susila. Nilai moral di dalam sebuah karya sastra umumnya mencerminkan pandangan hidup dari penulis yang ingin disampaikan ke pembaca. Nilai moral bisa kamu lihat berdasarkan peristiwa yang dialami oleh karakter yang diceritakan dalam hikayat. c. Nilai Religi Nilai religi yaitu nilai yang berhubungan dengan keagamaan. Di dalam hikayat, kamu akan menemukan hal-hal seputar konsep ketuhanan, surga-negara, maupun dosa-pahala. d. Nilai Sosial Nilai ini berkaitan dengan kehidupan yang berlangsung di masyarakat. Secara umum, nilai sosial ini dapat berupa nasehat maupun pesan yang berkenaan dengan kemasyarakatan. Indikasi adanya nilai sosial ini dikaitkan dengan kelayakan saat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, termasuk ketika berinteraksi dengan masyarakat. e. Nilai Edukasi Nilai berikutnya yang terkandung di dalam hikayat yaitu nilai edukasi. Sesuai namanya, nilai ini erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Pada mulanya, kamu akan melihat bagaimana proses perubahan sikap serta perilaku seseorang atau kelompok di dalam cerita tersebut. Dari cerita yang dihadirkan, kamu akan menemukan sesuatu yang bisa kamu jadikan sebagai pembelajaran. f. Nilai Estetis Selanjutnya ada nilai estetis yang merupakan pikiran dan emosi yang berkaitan dengan keindahan karya sastra. Keindahan tersebut terlepas dari berbagai pertimbangan sosial, oral, ekonomis, maupun politik praktis. Umumnya, nilai keindahan ini terdapat di dalam hikayat yang berhubungan dengan bahasa pada seni sastra. Seputar Cerpen Sebelum masuk ke perbedaan hikayat dengan cerpen, ketahui dulu bab-bab seputar cerpen. Tentunya kamu sudah paham bahwa cerpen adalah akronim dari cerita pendek. Berikut pembahasan selengkapnya seputar cerpen. 1. Pengertian Cerpen Cerpen atau cerita pendek merupakan karya yang penulisannya tak terlalu panjang. Kisah pada cerpen tersebut ditulis dengan jumlah kata tak lebih dari Cerita yang terdapat di dalam cerpen biasanya padat. Kemudian cerpen juga mempunyai satu alur cerita yang akan dijadikan fokus utama mulai awal sampai akhir. Tidak mengherankan ketika cerpen juga dianggap sebagai karya sastra yang cukup dibaca atau diselesaikan hanya sekali duduk. Selain itu, cerpen juga umumnya memiliki pesan tertentu yang disampaikan oleh pengarang. Pesan tersebut hadir dalam berbagai macam. Ada pesan yang disampaikan dalam bentuk saran, kritikan, maupun nasehat. Kemudian cara pengarang cerpen menyampaikan pesan tersebut juga bisa secara eksplisit atau implisit. Pesan tersebut bisa kamu temukan baik di pertengahan atau akhir cerita. Untuk pesan eksplisit, kamu bisa dengan mudah menemukannya karena sudah tertera jelas dalam cerita. Akan tetapi, saat mencari pesan implisit, kamu perlu tahu jalannya cerita maupun bagaimana tokoh dalam cerita menyelesaikan masalahnya. Lalu kamu bisa mulai memahami seperti apa pesan yang coba disampaikan pengarang melalui ceritanya. 2. Karakteristik Cerpen Sama halnya dengan hikayat, cerpen juga memiliki ciri khas tersendiri. Berikut beberapa karakteristik cerita pendek Jumlah katanya terbatas sesuai namanya, ini merupakan cerita yang alur ceritanya cenderung singkat dan terbatas. Pembuatan cerpen biasanya tak lebih dari kata. Itulah mengapa pembacanya cukup menyelesaikan seluruh alur ceritanya hanya sekali duduk. Fokus pada masalah isi cerita pendek selalu berkaitan dengan tokoh yang mengalami masalah tertentu dan bagaimana dia menyelesaikannya. Cerita beragam berbeda dengan hikayat yang sifatnya istana sentris, pada cerpen cenderung mempunyai cerita beragam. Biasanya cerita atau temanya berkaitan dengan kehidupan atau kejadian sehari-hari. Ruang dan waktu terbatas cerita pendek umumnya hanya fokus terhadap satu kejadian tunggal. Dengan begitu, ruang maupun waktu yang diceritakannya terbatas. Penokohan sederhana karakter atau watak pada cerita pendek tidak digali secara detail. Biasanya karakter atau penokohannya cukup diceritakan secara sederhana dan singkat. 3. Fungsi Cerpen Seperti yang dijelaskan, cerpen mempunyai cerita sangat singkat serta jelas. Cerpen juga mempunyai beberapa fungsi layaknya karya sastra yang lain. Berikut beberapa fungsinya Fungsi rekreatif cerpen berfungsi untuk memberikan hiburan kepada para pembacanya. Fungsi estetis cerpen juga menghadirkan nilai keindahan atau estetika. Dengan begitu, para pembaca akan merasa terpuaskan setelah membaca cerita tersebut. Fungsi didaktif cerpen juga merupakan sarana untuk memberikan pendidikan atau pelajaran. Di dalam cerita tersebut akan ada pelajaran atau hikmah yang bermanfaat untuk para pembaca. Fungsi moralitas cerpen juga menghadirkan nilai moral. Saat membaca, kamu akan tahu siapa saja tokoh yang memiliki karakter baik maupun buruk. Fungsi religiusitas cerita pendek juga menghadirkan hal-hal yang bersifat religi. Sama halnya dengan didaktif, apa yang disampaikan di dalam cerpen akan menjadi contoh yang baik untuk para pembaca. 4. Struktur Cerpen Sama halnya dengan cerita hikayat, cerpen juga memiliki struktur ceritanya sendiri. Meskipun begitu, antara hikayat dan cerpen mempunyai struktur yang hampir sama. a. Abstrak Abstrak adalah bagian cerita pendek memberikan gambaran tentang isi cerita secara keseluruhan. Bagian ini merupakan highlight dari cerita yang ingin disajikan oleh penulis mulai awal sampai akhir. b. Orientasi Orientasi isinya tentang gambaran visual yang terdapat pada cerita pendek. Bagian ini menceritakan tentang waktu, atmosfer, dan latar cerita tersebut. Kamu juga dapat menemukan bagian yang menunjukkan pengenalan tokoh serta hubungan di antara tokoh-tokoh dalam cerita. c. Rangkaian Peristiwa Di bagian ini, kisah berlanjut lewat serangkai kejadian atau peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Biasanya antara kejadian-kejadian tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. d. Kompilasi Selanjutnya cerita bergerak menuju puncak masalah atau konflik, pertentangan, maupun kesulitan yang dihadapi para tokohnya. Kesulitan yang tokoh-tokoh tersebut hadapi akan memengaruhi latar waktu serta karakternya. e. Resolusi Struktur cerpen yang kelima adalah resolusi. Bagian ini memberikan gambaran tentang solusi dari tantangan atau permasalahan yang dihadapi. Kamu juga bisa mengetahui bagaimana pengarang cerpen tersebut mengakhiri ceritanya, apakah happy ending atau sad ending. f. Koda Koda adalah komentar terakhir tentang keseluruhan isi cerita. Di bagian ini juga dinamakan simpulan cerpen. Ada beberapa perbedaan hikayat dengan cerpen yang bisa kamu temukan, di antaranya 1. Tema Tema merupakan ide utama atau gagasan yang menjadi latar belakang sebuah cerita. Tema pada hikayat biasanya tentang perjuangan dari seorang pahlawan sampai ia menjadi raja. Kemudian bagaimana dia memperoleh permaisuri maupun membawa kerajaannya ke masa kejayaan. Sementara pada cerpen, tema yang digunakan lebih variatif. Tema cerpen cenderung tidak terbatas di latar belakang tertentu. Kamu dapat menemukan cerpen dengan beragam tema maupun pilihan yang beragam. Misalnya cerpen dengan tema keluarga, persahabatan, percintaan, agama, dan sebagainya. Sementara pada hikayat hanya memakai satu jenis ide utama yaitu seputar perjalanan atau riwayat dari seorang pahlawan. 2. Tokoh Perbedaan hikayat dengan cerpen kedua bisa kamu perhatikan dari tokoh. Tokoh merupakan seseorang yang ada dalam cerita dan digambarkan memiliki perangai tertentu. Tokoh tersebut yang akan mengalami peristiwa maupun melakukan sesuatu dalam cerita. Tokoh pada hikayat cenderung terbatas pada ratu, raja, permaisuri, dan rakyat jelata. Mereka semua orang-orang yang dikisahkan berada di dalam lingkungan kerajaan. Tokoh cerpen cenderung tidak terbatas. Dengan begitu, penulis cerpen memiliki lebih banyak opsi untuk membuat tokoh dalam cerita pendek yang dia karang. Tidak terbatas pada orang-orang yang ada di kerajaan. 3. Latar Perbedaan hikayat dengan cerpen yang ketiga yaitu tentang tempat, waktu, serta suasana yang menjadi background cerita. Latar pada hikayat sangat menonjol dibandingkan pada cerpen yaitu berupa istana maupun lingkungan sekitarnya. Kemudian pada cerpen, latarnya sangat beragam. Tempat, suasana, maupun waktu yang menjadi latar cerpen lebih fleksibel. Hal ini juga membantu pengarang atau penulis cerpen saat membuat ceritanya sendiri. 4. Penokohan Perbedaan hikayat dengan cerpen berikutnya adalah penokohan. Penokohan merupakan penggambaran sifat atau karakter tokoh di dalam cerita. Untuk hikayat, penokohannya sering bersifat mutlak. Maksudnya, karakter yang baik akan selalu baik mulai awal sampai akhir cerita dan begitu sebaliknya. Kemudian penokohan pada cerpen lebih realistis. Dengan kata lain, tokoh yang awalnya memiliki watak baik bisa jadi berubah menjadi jahat. Mereka yang digambarkan memiliki watak jahat pun bisa jadi baik sehingga penokohan pada cerpen memang menyesuaikan jalan cerita yang ingin disajikan. 5. Alur Perbedaan hikayat dengan cerpen juga bisa kamu temukan pada alur cerita yang dihadirkan. Alur merupakan rangkaian penyajian cerita. Jika melihat waktunya, alur dibagi menjadi tiga yaitu alur progresif alur maju, alu flashback alur mundur, serta alur campuran. Untuk hikayat, alurnya cenderung memakai alur maju. Isi cerita tersebut adalah bagaimana perjuangan seseorang dalam melewati berbagai rintangan atau lika-liku hidup. Pada akhirnya dia berhasil melewati semua rintangan hidupnya lalu menjadi seorang raja. Kemudian untuk cerpen, alurnya lebih fleksibel. Bisa memakai perpaduan dari ketiga alur tersebut sehingga ceritanya pun menjadi lebih variatif sehingga tidak terkesan monoton. 6. Gaya Bahasa Perbedaan hikayat dengan cerpen adalah gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan gaya penulis di dalam menggunakan bahasa ketika mengungkapkan gagasan, ide, maupun perasaan dalam cerita. Adapun gaya bahasa pada hikayat sifatnya cenderung statis serta memiliki ungkapan klise. Ungkapan tersebut seperti syahdan, alkisah, suatu hari, hatta, dan sebagainya. Akan tetapi, gaya bahasa pada cerpen cenderung dinamis. Gaya bahasa yang digunakan menyesuaikan perkembangan zaman. Tidak menutup kemungkinan cerpen yang dibuat pada zaman sekarang juga memakai gaya bahasa atau istilah yang memang ada saat ini. 7. Sudut Pandang Perbedaan hikayat dengan cerpen juga dapat kamu amati berdasarkan sudut pandangnya atau point of view. Sudut pandang merupakan cara pandang seorang pengarang dalam menempatkan posisinya di dalam cerita. Setidaknya ada tiga jenis sudut pandang, yaitu Sudut pandang orang pertama alias akun. Ini merupakan point of view pengarang sebagai subjek maupun tokoh di dalam cerita tersebut. Sudut pandang orang kedua terbatas atau diaan-terbatas. Pada jenis sudut pandang ini, pengarang tersebut perannya hanya sebagai pengamat dalam cerita yang dia karang. Sudut pandang orang ketiga mahatahu atau diaan-mahatahu. Sudut pandang dari pengarang yang perannya sebagai pencerita. Di sini dia menjadi seseorang yang tahu seluruh cerita yang sedang berlangsung maupun yang akan terjadi. Untuk hikayat umumnya memakai sudut pandang yang ketiga yaitu diaan-mahatahu, apalagi saat pengarangnya berperan sebagai anonim. Sementara itu, ketiga sudut pandang di atas dapat kamu temukan di dalam cerita pendek. 8. Amanat . Alur Perbedaan hikayat dengan cerpen juga dapat kamu amati berdasarkan amanat. Amanat merupakan pesan moral yang terdapat di dalam cerita. Pesan moral tersebut ada yang sifatnya tersurat memang tertulis di dalam cerita maupun tersirat tak dijelaskan dalam cerita. Hikayat mempunyai amanat yang sifatnya mutlak. Kamu dapat menemukan amanatnya secara eksplisit atau tersurat. Lalu untuk cerpen, amanatnya cenderung tidak bersifat mutlak serta tidak selalu muncul secara eksplisit. Banyak amanat pada cerpen yang sifatnya implisit atau tersirat. Jadi pembaca perlu berpikir terlebih dahulu saat ingin mencari amanat yang terkandung di dalam cerita. 9. Penggunaan Konjungsi Perbedaan hikayat dengan cerpen juga dapat kamu lihat berdasarkan konjungsi yang digunakan. Biasanya hikayat memakai konjungsi atau kata hubung dengan kata yang tak lazim atau kata arkais. Penggunaan kata hubung tersebut misalnya bak, syahdan, dan sebagainya. Akan tetapi, pada cerpen cenderung memakai kata hubung yang lebih populer. Konjungsinya juga lebih mudah untuk dipahami pembaca di era sekarang. Misalnya lalu, ketika, kemudian, dan sebagainya. 10. Penggunaan Majas Perbedaan hikayat dengan cerpen adalah majas. Majas digunakan untuk menjadikan cerita lebih menarik sehingga tak terkesan monoton. Majas yang kerap dipakai pada hikayat maupun cerpen yaitu majas metafora, antonomasia, simile atau perbandingan, serta hiperbola. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam penerapan majas di antara cerpen dan hikayat. Pada hikayat, penggunaan majasnya lebih berfokus untuk memberikan gambaran terhadap karakter tokoh. Sementara itu, majas yang dipakai pada cerpen cenderung menggambarkan sesuatu yang lebih luas, tidak terbatas hanya pada tokoh saja. 11. Nama Pengarang Perbedaan hikayat dengan cerpen selanjutnya adalah nama pengarang. Untuk hikayat, nama pengarang cenderung tidak diketahui alias bersifat anonim. Itulah yang menjadikan hikayat tersebut merupakan sebuah karya sastra bersama maupun karya warga sekitar. Sementara pada cerpen, nama pengarang dapat kamu ketahui secara mudah. Biasanya nama pengarang tersebut akan dicantumkan di bawah judul. 12. Jumlah Kata Perbedaan hikayat dengan cerpen juga dapat kamu lihat berdasarkan jumlah kata. Untuk hikayat, jumlah katanya cenderung bervariasi. Ada cerita yang disajikan dengan jumlah kata dan lain-lain. Pada dasarnya tidak ada batasan terkait jumlah kata pada cerita hikayat. Sementara itu, pada cerita pendek memiliki jumlah kata yang cenderung terbatas. Jika kamu perhatikan, cerita yang kamu baca memiliki jumlah kata sekitar Beberapa cerita pendek juga ada yang sampai kata. Sudah Paham Perbedaan Hikayat dengan Cerpen? Seperti itulah beberapa perbedaan cerpen dengan hikayat. Keduanya memang sama-sama karya sastra, tetapi kamu bisa melihat banyaknya perbedaan di antara keduanya. 1. Pengertian cerita rakyat Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas disetiap bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam yang mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Sastra tersebut disebut sebagai sastra melayu klasik karena sastra tersebut berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah Islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka. Dengan demikian jelaslah bahwa cerita rakyat merupakan akar cerita Melayu Klasik. Mengapa dinamakan karya sastra Melayu Klasik karena sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat, seperti apa yang telah ditulis di atas. 2. Nilai-nilai cerita rakyat Nilai adalah suatu yang berharga, bermutu, menunjukan kualitas, dan berguna bagi manusia. Dalam karya sastra berwujud makna di balik apa yang ditulis melalui unsur instrinsik seperti perilaku, dialog, peristiwa, setting, dan sebagainya. Menurut Suherli, dkk. terdapat enam nilai dalam hikayat, yaitu a. Nilai budayaNilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun menurun di masyarakat berhubungan dengan budaya melayu Ciri khas nilai-nilai budaya dibandingkan nilai lainnya adalah masyarakt takut meninggalkan atau menentang nilai tersebut karena takut’ sesuatu yang buruk akan Nilai moralNilai yang berhubungan dengan masalah moral. Pada dasarnya nilai moral berkaitan dengan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau Nilai agama/ religiNilai yang berhubungan dengan masalah keagaman. Nilai religi biasanya ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk ghaib, dosa-pahala, serta Nilai pendidikan/ edukasiNilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompak orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihane. Nilai estetikaNilai yang berhubungan dengan keindahan dan Nilai sosialNilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat. Biasanya berupa nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Indikasi nilai sosial dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan dalam kehidupan mempelajari cerita rakyat kalian akan mengetahui tentang budaya, moral, agama, pendidikan, sasial dan nilai-nilai kehidupan lain. Dari cerita hikayat, kita dapat memetiknilai-nilai kehidupan sebagai cermin bagi kehidupan pembelajaran yang telah lalu kalian telah memahami nilai teks cerita rakyat. Sebenarnya bahwa banyak nilai dalam cerita rakyat/hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan masa kini. Sebagai karya sastra modern yang mengangkat nilai-nilai kehidupan masa kini, dapat diduga bahwa banyak nilai dalam hikayat yang bersesuaian dengan nilai. 3. Karakteristik cerita rakyat Cerita rakyat/ hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Di antara karakteristik adalaha. KemustahilanSalah satu ciri cerita rakyat/hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa KesaktianSelain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam cerita rakyat/hikayat. Kesaktian dalam Hikayat Indera Bangsawan ditunjukkan dengan kesaktian kedua pangeran kembar, Syah Peri dan Indera Bangsawan, serta raksasa kesaktian itu1 Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan;2 Raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud dan kuda hijau untuk mengalahkan Buraksa;3 Indera Bangsawan mengalahkan AnonimSalah satu ciri cerita rakyat, termasuk hikayat, adalah anonim. Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat memercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata dan tidak ada yang sengaja Istana SentrisCerita rakyat/ hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Dalam Hikayat Indera Bangsawan hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan adalah raja dan anak raja, yaitu Raja Indera Bungsu, putranya Syah Peri dan Indera Bangsawan, Putri Ratna Sari, Raja Kabir, dan Putri Kemala Sari. Selain itu, latar tempat dalam cerita tersebut adalah negeri yang dipimpin oleh raja serta istana dalam suatu Penyebarannya secara lisanAlasan mengapa disebarkan secara lisan? Penyebab utamanya adalah pergerakan zaman dahulu sangatlah lambat jika dibandingkan dengan konvoi masyarakat di zaman modern ini. Oleh karena itu, penyebaran budaya dan cerita secara lisan akan lebih mempercepat tersebarnya cerita dibandingkan dengan menggunakan media tulisan. Selain itu, melalui budaya lisan, masyarakat juga mampu lebih intens memberikan nilai-nilai positif nan terdapat di dalam cerita sehingga pesan moral yang terdapat di dalamnya akan sampai kepada pendengar dengan lebih cepat dan efektif. Akibat penyebarannya yang secara lisan tidak jarang menimbulkan berbagai variasi karya cerita TradisionalMempertahankan kebiasaan masyarakat jaman dulu atau adat istiadat. Hal ini menjadikan karya tersebut klise dalam susunan atau cara pengungkapannya. 4. Gaya bahasa Cerita Rakyat Gaya bahasa atau penggunaan bahasa cerita rakyat biasanya menggunakan bahasa melayu klasik. Ciri bahasa yang dominan dalam cerita sejarah/ hikayat adalaha. Menggunakan majasPenggunaan majas bertujuan agar cerita lebih Banyak menggunakan konjugsi pada setiap awal kalimatContohHatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Menggunakan kata bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, tidak semua kata dalam cerita rakyat dijumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata dalam hikayat sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing disebut sebagai kata-kata Mengungkapkan sesuatu yang mustahil atau tidak masuk akal. Hal ini ditandai oleh tokoh-tokohnya yang melakukan kegiatan yang tidak masuk akal. Misalnyadapat berbicara dengan binatang, bisa memasak di telapak tangan, bisa terbang dan lain-lain. 5. Pengertian, Penggunaan Bahasa dan Nilai-nilai dalam Cerita Pendek Cerita pendek adalah cerita berpusat pada satu tokoh dan situasi tertentu dimana ada puncak masalah klimaks dan penyelesaiannya. Selain itu, di dalam cerita pendek atau cerpen terdapat kurang dari kata saja, sehingga cenderung singkat dan bahasa dalam cerpen adalaha. menggunakan bahasa sugestifb. menggunakan bahasa yang naratifc. menggunakan kata kiasan, majas atau bersayad. menggunakan kata sifate. menggunakan kata ganti atau partisipan personalf. menggunakan keterangang. bahasanya singkat, padat, intensifh. menggunakan konjungsi sebab akibati. menggunakan kata istilah yang sesuaij. menggunakan kata kerja aksiKandungan nila-nilai dalan cerpen sama seperti kandungan nilai-nilai dalam karya-karya lain. Seperti nilai yang ada pada teks cerita rakyat yaitu nilai sosial, budaya, moral, pendidikan, religius dan sebagainya. 6. Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat Hikayat dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrinsik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, seting, gaya bahasa, dan bahasa yang dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa majas dan penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan Penggunaan MajasPenggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan. Meskipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri antah berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah- darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang dengan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan novel Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel Garcia Marquez berikut ini.“Pilih mana,” katanya, “tiga, empat, atau tujuh?” “Empat.” Ia tersenyum penuh kemenangan. “Selama lima belas tahun saya bekerja di sini,” katanya, “Anda orang pertama yang tidak memilih tujuh.” Ia menulis nomor kursi di boarding passku dan mengembalikannya bersama dokumen- dokumenku, lalu memandangku untuk kali pertama dengan matanya yang berwarna anggur, sebuah hiburan sampai aku bisa melihat Si Cantik lagi. Kemudian ia memberi tahu bahwa bandara baru saja ditutup dan semua penerbangan ditunda. Dikutip dari simile juga banyak digunakan dalam hikayat maupun cerpen. Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara lain seperti, laksana, bak, dan bagaikan. Penggunaan majas pada cerita rakyat/hikayatMaka Si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu. Hikayat Si Miskinb. Penggunaan konjungsiBaik cerpen maupun hikayat merupakan teks narasi yang banyak menceritakan urutan peristiwa atau kejadian. Untuk menceritakan urutan peristiwa atau alur tersebut keduanya menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan contoh penggunaan konjungsi pada penggalan hikayat berikut suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata. Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati. Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura- pura tidur. Hikayat Bayan BudimanKonjungsi “sebelum” yang bergaris bawah dalam penggalan hikayat di atas menunjukkan urutan waktu sedang konjungsi “lalu” menyatakan urutan kejadian. Penggunaan konjungsi yang tepat sangat penting untuk mengembangkan alur dengan penggunaan konjungsi dalam penggalan cerpen berikut perutnya kian menjadi-jadi. Terlampau perihnya, hingga seluruh pandangannya terasa buram. Leyla seperti melihat ribuan kunang-kunang berlesatan mengitari kepalanya. Selanjutnya Ketika Leyla memutuskan untuk mengungsi, meninggalkan kam- pong halamannya, perih yang mutnya, ia menyebut kunang-kunang itu sebagai sang maut. Sang maut yang selalu menguntitnya dan sewaktu-waktu siap mengantarnya menyusul almarhum suaminya. Menjemput Maut di Mogadishu karya Masdar ZaenalSumber Koran Kompas Minggu, 1 Juli 2012Konjungsi “ketika” dalam kutipan di atas menyatakan hubungan waktu, sedangkan konjungsi “selanjutnya” menyatakan urutan peristiwa. 7. Membandingkan Nilai dalam Teks Hikayat dengan Nilai Cerpen Pada pembelajaran yang telah lalu kamu telah memahami bahwa banyak nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan masa kini. Sebagai karya sastra modern yang mengangkat nilai-nilai kehidupan masa kini, dapat diduga bahwa banyak nilai dalam hikayat yang bersesuaian dengan nilai dalam hikayat. Hikayat dan cerpen merupakan dua diantara jenis-jenis prosa selain jenis-jenis novel, macam-macam dongeng, jenis-jenis roman, jenis-jenis drama, dan juga jenis-jenis esai. Selain itu, kedua prosa tersebut juga termasuk ke dalam jenis-jenis karangan non ilmiah. Hikayat dan cerpen sendiri masing-masing mempunyai ciri khas yang membuat keduanya berbeda satu sama lain. Pada artikel kali ini, kita akan membahas perbedaan diantara keduanya, di mana pembahasan tersebut akan dimulai dari penjelasan definisi dan ciri-ciri keduanya terlebih dahulu. Adapun pembahasan tersebut adalah sebagai berikut! 1. Hikayat Hikayat merupakan suatu prosa yang menceritakan berisi keajaiban tokoh atau peristiwa yang bersifat fiktif dan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa utamanya. Hikayat sendiri mempunyai sejumlah ciri, dimana ciri-ciri tersebut adalah Nama pengarang tidak diketahui atau anonim. Ceritanya cenderung berlatar tempat kehidupan istana. Mengandung nilai-nilai tradisional di dalamnya. Tokoh yang di dalamnya bisa satu orang atau lebih. Menggunakan pengulangan kata atau bahasa. Bersifat fiktif atau khayalan. Umumnya berkisah tentang kebaikan melawan kejahatan. Menggunakan bahasa Melayu. Jumlah kata tidak dibatasi. Merupakan karya sastra lama. 2. Cerpen Cerpen atau cerita pendek merupakan suatu prosa yang menceritakan suatu tokoh dan juga suatu peristiwa secara khusus. Biasanya, jumlah kata yang terkandung pada cerpen adalah sekitar kata. Seperti halnya hikayat, cerpen pun juga mempunyai sejumlah ciri, yaitu Adanya nama pengarang yang tercantum di dalamnya. Biasanya diletakkan di bawah judul cerpen Latar tempatnya berkisar pada lingkungan di sekitar. Nilai-nilai yang dikandungnya beragam. Kisah yang diceritakan lebih variatif, bisa berkisah tentang kebaikan melawan kejahatan, bisa berkisah tentang keresahan seorang manusia, dan lain semacamnya. Menggunakan bahasa Indonesia. Merupakan karya sastra modern. Berdasarkan pemaparan di atas, maka kita dapat mengetahui di mana letak perbedaan antara hikayat dan cerpen. Adapun perbedaan tersebut antara lain 1. Waktu Dimana Sastra Itu Berkembang dan Bahasa yang Digunakannya Hikayat merupakan sastra lama yang lahir dan berkembang di era melayu kuno, sehingga tidak heran jika bahasa yang digunakannya merupakan bahasa Melayu kuno. Untuk bisa membaca isi karya sastra ini, kita mesti menerjemahkan terlebih dahulu bahasa Melayu tersebut. Sementara itu, cerpen merupakan karya sastra yang lahir dan berkembang di era modern, sehingga bahasa yang digunakannya pun juga merupakan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa utama bangsa Indonesia di era modern. 2. Nama Pengarang Dalam hikayat, nama si pengarang tidak diketahui atau ananom, sehingga hikayat sering dianggap sebagai karya bersama atau karya milik warga sekitar. Sementara itu, nama pengarang cerpen bisa kita ketahui dengan mudah karena nama pengarang sering tercantum di bawah judul cerpen. Kata dan Latar Tempatnya Jumlah kata pada hikayat cenderung bervariatif, bisa dan sebagainya. Adapun latar tempat yang dipakai hikayat biasanya hanya berkisar pada lingkungan atau kehidupan istana. Sementara itu, jumlah kata dalam cerpen biasanya dibatasi sekitar atau kata meskipun pada perkembangannya, jumlah kata tersebut bisa bertambah atau berkurang. Latar tempat yang digunakan cerpen iasanya berupa tempat atau lingkungan di kehidupan sehari-hari manusia. Meskipun begitu, cerpen juga bisa mengambil latar tempat selain yang disebutkan. 4. Tokoh dan Kisah yang Terkandung di Dalamnya Tokoh yang terkandung di dalam hikayat biasanya bervariatif, entah itu satu orang ataupun bisalebih dari itu. Adapun kisah yang terkandung di dalam hikayat biasanya hanya berkisah tentang kebaikan melawan kejahatan. Sementara itu, tokoh yang ada di dalam cerpen umumnya hanya berjumlah satu orang saja. Kalaupun ada tokoh selain itu, biasanya hanya sebagai tokoh pendukung dari tokoh utama saja. Kisah yang dikandung dalam cerpen bisa bervariatif, entah itu tentag kehidupan sehari-hari, kegelisahan manusia, petualangan, dan sebagainya. Demikianlah pembahasan mengenai perbedaan hikayat dan cerpen dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat.

perbedaan hikayat dan cerita rakyat